The puzzle from Andalusia (Part 4 – end)

Cerita kali ini tentang tur antarkota antarpropinsi di Spanyol. Perjalanan yang singkat memang tidak bisa memaparkan semua cerita tentang bumi Andalusia, baik itu sejarahnya ataupun masyarakatnya yang hanya seperti potongan puzzle yang terpisah-pisah. Tapi aku percaya pasti ada pelajaran di setiap perjalanan, makanya walaupun capek harus tetap dijalani.

Akhirnya sampailah di Sevilla, kota terakhir yang aku kunjungi di Spanyol. Cordoba ke Sevilla cuma 1,5 jam pakai kereta Renfe namanya. Lalu aku langsung takjub karena toilet di kereta yang luar biasa besar dan bersih. Banyak juga orang yang turun di Sevilla dengan setelan lengkap, semacam setelan mau kondangan. Dari stasiun aku jalan kaki ke hostelnya karena cuma 15 menit dan mataharinya bersinar cerah, jadi aja langsung mood buat jalan kaki geret koper. Tujuan aku ke Sevilla, tak lain tak bukan karena aku ambil flight murah dari sini seharga 22 euro, lebih murah daripada aku balik ke Madrid dan juga nggak capek. Well, tiket pesawat dari Madrid pun hangus, berkorban lagi deh demi nggak capek.

Pas sampai di hostel termurah yang ada female dormnya di Sevilla, aku disambut dengan keramahan yang luar biasa, well mungkin over tapi mungkin memang dianya ramah. Di hostel ini ada intern juga yang asalnya dari Finland, langsunglah nyambung kita, namanya Elle, dia tinggal di Turku. Ada hal yang aku amati selama ketemu orang di wilayah Eropa sini, bukannya tukeran nomor, pasti tukeran facebook, well emang sih facebook bisa dipake messengernya, jadi sama aja kaya whatsapp bagi mereka mungkin. Seperti biasa, selesai mandi, aku jalan-jalan sore yang menyenangkan banget karena untuk pertama kalinya gausah make itu jaket. Bosen kan, foto seminggu jaketnya sama. Pokoknya aku jalan aja, liat jajanan sepanjang jalan banyak, mulai dari donat kecil-kecil, churros (lupa nyobain churros), atau burger. Dan sepanjang jalan, orang-orang rame banget mulai dari anak-anak smp orang dewasa, semuanya dressed up rapi banget dan aku berasa bumbu anak mas yang cuma pakai pakaian casual, celana jeans, tas kuning, kerudung kuning. Tiap aku liat kerumunan orang, aku ikutin, kepo banget pokoknya pengen tahu ada apaan. Sampai akhirnya rasa penasaran aku terjawab. Minggu ini adalah minggu menuju easter Sunday atau paskah. Kalau di Sevilla dan di kota-kota lain di Spanyol, ini disebut Semana Santa.

Jadi, mereka berkumpul untuk arak-arakan patung Jesus, aku tidak terlalu mengerti maknanya. Tapi kata youtubenya Rick Steves lagi, patung itu bisa seberat 2 ton, dan ditandu oleh beberapa orang secara bergantian, dan dapat kesempatan membawa tandu itu adalah kehormatan. Arak-arakan ini diikuti oleh pemain drum dan terompet, lalu orang-orang yang memakai jubah kaya pelahap maut (pembaca Harry Potter pasti familiar banget) dan mereka membawa salib atau tongkat. Yang lucu adalah, biasanya keluarganya bakal nemenin di deketnya, nggak bakal jauh-jauh. Tadinya aku mikir, mungkin takut ilang kali ya, secara bajunya sama semua tapi ternyata bukan, mereka cuma mau memastikan anggota keluarganya (mungkin ayah, ibu, atau anak remaja) nggak kecapean, jadi mereka ngasih makanan ringan atau minum. Hmm..menarik, bikin aku jadi mikir, “nobody ever grows old, they always need family”. Aku ngikutin arak-arakan ini dari jam 8 sampai jam 10 malem, dan nggak ada tanda-tanda bakal selesai. Yaudah aku pulang lah, kan besok bakal seharian full.

Setelah mengalami kenyamanan di hostel sebelumnya di Cordoba, hostel ini ternyata rame banget, dan female dormnya penuh alhasil nggak bisa tidur. Ada dua cewek yang terus ngobrolin besok mereka keburu sarapan apa nggak ya, apa langsung manggil taksi aja. Rasanya pengen aku sahutin, yaelah mbak, puasa aja biar dapet pahala.

Karena nggak mau kejadian Mezquita terulang, aku berangkat ke Alcazar agak pagi. Jadi yang paling terkenal di Sevilla ini Alcazarnya, kurang lebih kayak istananya raja dan ratu juga pada zaman dulu. Tiket masuknya kayanya 11 euro dan harus ngantri lumayan panjang ternyata. Sayangnya student card kembali tidak berlaku. Aku merasa sia-sia dateng ke Spanyol sebagai student, kayak nggak ada gunanya. Eh guna sih kalau studentnya dibawah 26 tahun. Aku belom sempet nyari tahu tentang Alcazar ini, dan bukunya HanumRais juga nggak membahas kalau Sevilla juga salah satu pusat peradaban Islam di Spanyol. Tapi dari interior dan informasi sangat sedikit yang tersedia di Alcazar, aku bisa prediksi kalau Alcazar juga digunakan pada dua periode kekuasaan yaitu saat Islam masih berjaya dan saat ratu Isabella mengambil alih. Ada perbandingan interior yang signifikan antara ruangan yang dibangun pada masa ratu Isabella dan kekuasaan Islam. Ruangan yang dibangun sang Ratu simpel aja, tanpa ukiran bahasa Arab di dinding atau langit-langitnya. Kalau liat istana ini, ini tuh copy Nazrid palace yang di Granada banget, plek. Alcazar ini juga punya taman yang bagus banget dan tertata dengan rapi. Cuma sayangnya seperti biasa, kurang informasi signifikan. Oh iya, pada masa ini, nama-nama yang familiar kaya Christopher Columbus beberapa kali disebut. Spanyol mencapai masa kejayaannya terutama di bidang maritim, ada lukisan daerah capaian armada Spanyol di berbagai belahan bumi.

This slideshow requires JavaScript.

Ternyata Alcazar ini gede juga, jadi begitu selesai udah hampir tengah hari dan merupakan waktu makan siang. Inget mas-mas orang Indonesia yang ga sengaja ketemu di Cordoba, nah ternyata dia juga pas lagi Sevilla, lumayanlah kita sharing makan lagi, kali ini nyobain Paella. Review makanan khas Spanyol yang dibangga-banggain ini ternyata biasa aja, bagi aku cuma kaya nasi goreng yang agak basah, terus pakai seafood. Nasi goreng sea food depan bengkel di Pamulang juga lebih enak dan murah, si Paella ini harganya 10 kali lipat dari itu nasi goreng. Nah, si Paella ini nggak bikin kenyang, karena sharing kali ya. Jadi aku plus mas-mas ini mau nyari jajanan aja ke pasar, siapa tau ada yang enak (Btw ujung-ujungnya nggak nyampe ke pasar, jalanannya pada ditutup). Oh iya, kita sempet mampir di Masjid yang ditutup kalau bukan waktu sholat. Aku sebenernya lagi nggak sholat nah tapi butuh banget selonjoran, ngantuk banget kan karena digangguin mbak-mbak galau semalem. Yah Mesjidnya standar Eropa lah, tau kan..maksudnya di ruko dan tanpa tanda apa-apa.

Jadi beberapa tempat di Sevilla ini juga ada jam gratisnya kaya di Madrid, dan banyak juga yang memang gratis kayak Plaza de Espana, Plaza del Torro, bahkan Universitas Sevilla pun artistik banget. Aku sempat mampir ke Plaza Espana yang bagus banget, gratis pula, cocoklah buat berjemur. Eh tapi aku nggak tau sejarahnya kalau yang ini. Oh ya, ada kejadian nyebelin juga waktu di plaza Espana. Aku sm mas2 Indonesia ini kan lagi ngaso (Yaelah bahasa Pamulang banget), duduk gitu di peta Portugal, eh diminta permisi sama satu keluarga, soalnya dia mau foto disana, terus mereka minta fotoin juga. Udah kan tuh sekali. Beberapa menit kemudian dia permisi lagi, yaudah kita beneran pindah aja sekalian, nggak balik-balik lagi. Kenapa coba harus foto di tempat kita duduk padahal peata-peta lain juga banyak, dan ada yang Portugal juga, persis sama. Ini nih kayanya namanya yang susah liat orang seneng, seneng liat orang susah.

Aku pikir matahari Eropa nggak bikin item kan, jadi aku biasa aja, nggak pake tabir surya, ternyata pulang-pulang udah belang. Menjelang sore, acara Semana Santa itu diadain lagi, ini kayanya hari besar banget di Sevilla terutama. Mulai penasaran kan, bakal berapa hari acara ini diadain, capek banget pasti tiap hari. Jadi inget, kemarin sempat booking airbnb tapi di cancel sama hostnya, dia bilang sorry, lupa kalau minggu itu holy week. Mungkin dia bagaian manggul patung kali ya. Oh ya, yang dressed up bukan cuma orang tua loh, anak-anak juga, dan jatohnya nggak serem, malah mereka jadi imut banget.

Ternyata hari sudah semakin malam, tapi masih terang, tapi aku kan harus ngambil koper ke hostel buat pindahan tidur di bandara. Jadi kunjungan terakhir adalah La Giralda yang terkenal itu, ini sepertinya gereja sih, masih ada arak-arakan di daerah sana. Jalanan kota Sevilla nggak kalah cute sama Granada dan Cordoba, jalanan kecil diapit rumah-rumah tingkat. Cuma bedanya, di Sevilla, rumah-rumahnya lebh berwarna.

Wah nggak nyangka, kayanya cuma satu hari tapi ceritanya udah banyak aja. Pertanyaan terakhir seperti biasa? Will I comeback to Sevilla? Yes! Lokalnya Spanyol ya Sevilla banget. Udaranya cukup hangat, karena akhirnya aku dapat matahari yang seutuhnya. Dan masih banyak yang harus diliat di Sevilla, Sevilla itu kota besar tapi hampir tanpa turis. Selama perayaan Semana Santa itu, aku kayanya satu-satunya orang yang pakai jilbab. Aku nggak tau mereka ngomong sesuatu apa nggak, tapi kayanya nggak, kalau iya juga nggak apa-apa, kan aku nggak merasa tersakiti. Objek wisata di Spanyol masih kurang informatif mungkin juga karena yang aku kunjungi bukan museum melainkan bekas tempat tinggal atau gereja, jadi informasi semacam itu memang tidak perlu. Tapi ya sayang aja, kalau udah dateng ke kotanya, tapi nggak tau sejarahnya.

Thanks to all people I met on my journey, Aniqa, Nura, Juliette, Julie, Elle, mas Azka and the geng (accidentally met other confrence participants from Madrid), all lovely ICOAS participants dimanapun kalian berada semoga selalu inget sama orang Oulu ini, semua orang yang bersedia aku ganggu buat minta fotoin, orang yang aku tanyain jalan, and to everyone who had nice conversation with me and put their effort to understand me (because I can’t speak Spanish).

Akhirnya selesai sudah jalan-jalan di Spanyol, ditemani thesis aku tercinta tentunya. Aku sampai di Airport jam 11 malam dan karena airportnya kecil jadi belum bisa check in. Aku ngeliat bangku airport udah kaya liat kasur, padahal bangkunya standar, yaudah langsung tidur sampai pagi, sampai airportnya udah mulai berisik, tidur ternyenyak di airport (tapi kayanya aku mah dareless dimanapun). Tunggu ya cerita selanjutnya karena ini baru satu Minggu, masih ada berhari-hari perjalanan yang menanti.

 

 

 

Leave a comment